Trika Yuliana

urban planning student

Yang Pertama Belum Tentu Yang Terakhir

 

Wah, ini cerita lebih ke percintaan muda mudi sepertinya.

Ya tidak apa-apa. Karena cinta banyak orang yang panjang umur dan bahagia, pun karena cinta banyak orang yang pendek umur dan masuk neraka. Ini kasus dari banyaknya orang yang bunuh diri akibat putus cinta. Naudzubillahminzalik …

Jadi, saya menulis ini sebagai respon dari permintaan sahabat saya yang meminta pendapat bagaimana caranya move on dan memulai hidup baru dengan cepat. Pertanyaannya adalah, kenapa dia tanya sama saya? Lah saya bukan pakar cinta. Haha

Iya, bukan. Tapi pernah mengalami, jadi tidak ada salahnya berbagi.

Saya menulis ini dari sisi perempuan ya, karena perempuan itu (dengan stigma bahwa dia adalah makhluk yang lemah) sebenarnya adalah makhluk yang harus tangguh luar dan dalam, tegas, dan pandai mengambil keputusan.

Kalau kamu tanya, apakah saya pernah jatuh cinta. Jelas pernah. Sebagai perempuan normal tentu saya pernah jatuh cinta, bahkan dengan sahabat yang sudah saya kenal sejak kecil. Menurut saya lebih baik memang jatuh cinta dengan orang yang sudah kita kenal dari dulu daripada dengan orang baru ketemu kemarin. Karena setidaknya kita lebih mengenal sifat dan karakternya.

Tapi apakah dengan mengenalnya dari dulu lantas dia akan menetap di hati kita selamanya? Belum tentu. Tuhan yang punya skenario atas hidup kita.

Dia juga cinta pertama saya, lalu apakah dia juga akan menjadi yang terakhir buat saya? Belum tentu. Karena sekali lagi, Tuhan yang punya skenario atas hidup kita.

Wah udah ngomongin cinta-cintaan nih. Cinta bukan hal yang tabu untuk dibahas by the person above 20 years!

Lalu kalau misalnya putus, harus bagaimana dong biar cepat move on?

1.   Teliti dulu, cinta mu itu model kayak apa?

Kalau kamu adalah seorang perempuan di atas umur 20 tahun, berhentilah untuk mencari cinta yang termehek-mehek, yaitu dia yang hanya manis di bibir saja. Kamu bukan anak ABG alay lagi, yang dikasih janji manis doang kemudian klepek-klepek. Parahnya lagi, kalau dia bermanis-manis ria tidak hanya dengan kamu. Wah berarti kamu bukan yang spesial buat dia. Lagipula, cinta yang termehek-mehek hanya efek hormon semata. Bisa hilang sewaktu-waktu jika dia bosan dengan kamu. Tapi carilah laki-laki yang kongkrit. Perilakunya sederhana tapi pola pikirnya luar biasa. Tidak banyak bicara tapi pekerja keras. yang pasti dia yang bisa menghormati dan bertanggungjawab dengan diri kamu. Intinya dia yang hidupnya gak neko-neko. Karena tipe laki-laki seperti ini, mau kamu jelek atau keriput pun, namanya sudah bertanggungjawab ya dia akan tetap sayang. Karena dia bertanggungjawab bukan hanya dengan kamu, tapi juga dengan Tuhan.

2.   Mungkin kalian bukan sesinergi

Ibarat sepeda, ada dua roda. Misalnya kamu roda depan, dia roda belakang. Kamu punya cita-cita yang besar, kamu berusaha agar cepat sampai di tempat tujuan kamu. Otomatis kamu butuh roda depan dan roda belakang yang spesifikasinya oke kan? Nah, kalau salah satu rodanya kempes, apa jadinya? perjalanan kamu jadi terhambat tentunya. Nah apakah cintamu sama seperti roda yang kempes ini?

Mungkin, bisa jadi kamu punya segudang impian yang ingin kamu capai di masa depan. Tapi pasangan kamu sama sekali tidak bisa diandalkan, manja, posesif, pemarah. Pasangan kamu itulah yang saya sebut sebagai ban kempes. Dia butuh waktu buat perbaiki dirinya sendiri jika dia ingin masuk lagi di hidup kamu. Supaya apa? supaya kedepannya jangan sampai hal-hal remeh dan sepele malah jadi batu sandungan yang menghambat perjalanan kamu. So, be smart kalau cari pasangan!

3.  Kamu untuk yang lebih baik

Kalau kamu patah hati, jangan cepat-cepat cari pelarian ya. Karena banyak kasus di luar sana, begitu putus langsung cari pacar buat pelarian eh ujung-ujungnya putus lagi, pacaran – putus lagi, pacaran – putus lagi. Begitu seterusnya, capek kan? Kamu tau tidak alasannya kenapa?
pertama, kamu yang baru putus dengan dia bisa jadi karena memang dia bukan yang terbaik untuk kamu. Tuhan ingin kamu dengan orang lain yang lebih baik lagi kapasitasnya (positive thinking aja, mungkin di masa depan kamu akan jadi orang sukses maka kamu harus didampingi dengan orang yang berkualitas lahir dan batin, aamiin). Aku pernah baca konsep “move” setelah putus cinta bahwa “move” yang baik bukan cuma move on (pindah) tapi juga move up (upgrade diri). Nah, kalau kamu baru putus dengan dia dan kamu langsung cari pacar baru, berarti kamu hanya baru move on (pindah dari satu laki-laki ke laki-laki lain) tetapi belum move up (meningkatkan kualitas diri). Akhirnya kalaupun kamu putus lagi ya wajar, karena pacarmu yang baru ini level nya masih sama dengan level mantanmu. Kan Tuhan mau kasih kamu yang terbaik, ya kaan 🙂

Tapi kalau kamu begitu putus lalu kamu kasih jeda dengan diri kamu untuk belajar, meningkatkan skill dan kualitas diri, berarti kamu sudah move on sekaligus move up. Karena kamu lebih baik dari kamu yang sebelumnya. Naik level lah istilahnya. Jadi, begitu kamu bertemu dengan orang baru, jelas levelnya sudah setingkat lebih di atas mantan-mantan kamu sebelumnya. Ingat, jodoh adalah cerminan dirimu. Jodohmu hanya seindah pribadimu 🙂

Jadi, usahakan move on dan move up ya!

4.   Kalau mantan pacar minta balikan

Kalau mantan pacar kamu minta balikan, yang terpenting itu bukan baliknya, tapi alasan dulu kenapa kalian pisah. Kalau kalian pisah karena dia salah beli permen buat kamu, yaudah dimaafin aja. Istilahnya itu cuma masalah sepele. Tapi lain cerita kalau dulu kalian pisah karena dia selingkuh, berbohong/mengkhianati kamu, kasar baik verbal maupun fisik (ini hati-hati ya, jangan sampai ada orang lain melukai kamu. Kalau kamu cukup pintar dan ada bukti visum, dia bisa kamu laporkan ke polisi loh), dan sebagainya, tolong berpikir ulang untuk terima dia lagi. Kalau perlu jangan terima dia lagi. Nanti dia merasa besar kepala dan jadi kebiasaan.

5.   Buka pikiran kamu seluas-luasnya

Pernah dengar lagu Dhyo Haw yang judulnya Ada Aku Disini? kira-kira begini liriknya

“Walau dia kini telah lama di hidupmu

Namun sampai kini tak bahagiakan kamu

Lupakan semuanya, tinggalkan saja, percuma hoo

Bukalah matamu selebar dunia ini

Dan rasakan banyak orang yang peduli

Jangan ingat lagi, jangan kau sesali, ada aku di sini”

Btw, ini lagu favorit saya waktu dulu lagi galau-galaunya. Kalau nyanyi lagu ini biasanya suka langsung berpikiran lebih realistis dan optimis. Bahwa memang benar, kalau dia yang udah lama di hidup kita tidak bisa buat kita bahagia kenapa harus dipertahankan. Coba buka mata dan pikiran kita seluas-luasnya, lalu rasakan bahwa diluar sana banyak orang baru yang selama ini peduli dengan kita tapi kita tidak sadar. Contoh orang tua, teman, sahabat. Di poin ke-5 ini saya ingin menegaskan ke kamu untuk “tidak menyia-nyiakan waktu kamu dengan orang yang salah”

 

6.   Jalan-jalan, berjejaring dengan banyak orang, bergeraklah!

Nah saya kasih lagu lagi boleh? hehe, kali ini dari Bondan Prakoso

“Perhatikan sekitar
Coba kau amati
Hidup bukan sekedar 
Tentang patah hati
Dan semua yang terjadi
Ambil hikmatnya
Om iwan pun berkata ambil indahnya

Kau tak sendiri
Aku disini
Memanggil bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri
Kami disini
Raihlah tanggan ku bersama kita lewati”

itu yang saya bold adalah poin utama yang harus kamu renungkan ya. Bahwa hidup kamu bukan sekedar tentang patah hati. Bangun tidur pikirin dia, makan siang pikirin dia, mandi sore pikirin dia, sampai mau tidur lagi pun pikirin dia lagi. ENGGAK. Hidup kamu lebih megah dari yan kamu bayangkan. Hidup kamu lebih luas dari yang kamu pikirkan. Jadi jangan berkutat di orang yang itu-itu saja apalagi dia yang sudah membuat kamu patah hati. Bersedih boleh, tapi jangan terlalu lama. Putus cinta itu biasa, karena hampir semua orang pernah mengalaminya. Bahkan banyak yang lebih tragis dari hidup kamu. Ini cuma sebagai pengingat kalau kamu tidak sendirian.

So, mulai lah hidup kamu yang baru. Bangun dari tempat tidur kamu dan buat plan di buku harian kamu. Hari ini kamu mau kemana? Hari ini kamu mau ngapain? Hari ini kamu mau bertemu dengan siapa. Usahakan jangan biarin diri kamu dalam waktu-waktu dimana kamu sendiri. Nanti kamu kepikiran lagi dengan dia lalu sedih. Kamu bisa traveling ke tempat wisata. Kamu bisa ikut kegiatan volunteer ke desa-desa atau membantu korban bencana. Kamu juga bisa ikut organisasi, dari sini kamu banyak mengenal orang-orang baru. Ketika hidup kamu sibuk mengurus dan memberikan yang terbaik buat orang lain, maka hidup kamu akan diurus oleh Tuhan, termasuk memberikan jodoh yang baik buat kamu.

Yang mungkin dengan tanpa sadar akhirnya kamu berpikir, untung aku melepaskan dia 🙂

 

segitu dulu ya hehe
yang terpenting itu komitmen dari diri kamu untuk lepas dari dia.

#1 Belajar dari Kegagalan Orang Lain : Catatan Apply Exchange Keluar Negeri

 

Sekitar satu semester yang lalu, saya mulai kepikiran untuk apply exchange keluar negeri. Hal ini terinspirasi dari banyaknya teman-teman dan kerabat baik setingkat maupun yang diatas saya berpengalaman studi di luar negeri. Biasanya berupa short course, summer course, research, summit, volunteer, conference, dan masih banyak lagi macamnya. Dari semua model exchange ini yang paling sering saya coba apply adalah short course, summit, dan conference. Ketika itu saya masih aktif di semester 4 jadi gak berani ambil exchange yang jangka waktunya berbulan-bulan sampai harus cuti. Karena kalau nilai mata kuliah dari sana bisa ditransfer ke Indonesia ya Alhamdulilah. Kalau tidak, berarti kita harus menambah satu semester lagi yang artinya harus extend kuliah. Bisa jadi panjang waktu kuliahnya lebih dari 4 tahun. Bagi kamu yang sudah strik di awal mau lulus 4 tahun saja, program ini tidak sebaiknya kamu ambil. Jadi ambil yang jangka waktunya cuma sehari, dua hari, atau paling lama semingguan aja ya.

Lanjut ya, jadi waktu itu pertama kali saya apply exchange, saya memilih exchange yang jauh sekalian hehe. Melatih mental juga saya pikir, ke suatu negara di Eropa Barat. Kemudian saya cerita ke mama dan responnya cukup mengejutkan “aduh gak usah lah dek, jauh kali loh itu”. padahal belum pergi dan belum tentu diterima juga. Dari dulu mama memang selalu penuh kekhawatiran tentang saya. Beruntungnya waktu memilih kuliah di UGM, mama gak begitu protes, walaupun beliau sendiri tahu saya bakalan tinggal 4 tahun jauh dari dia. Setelah saya beritahu bahwa proposal beasiswa saya diterima Dikti, beliau pun semakin memperbolehkan saya kuliah jauh dari rumah.

Oke lanjut lagi, jadi waktu itu saya apply sebuah program short course dari Eropa. Temanya terkait dengan pembangunan infrastruktur dan berlokasi di Belgia. Waktu itu saya pikir tinggal membuat essay tentang inovasi di bidang infrastruktur mah gampang lah. ibaratnya mainan sehari-hari di kampus, karena dosen sering banget kasih tugas paper, essay, makalah, kliping tentang ini. Walaupun rada sombong emang waktu itu. Sampai akhirnya satu minggu kemudian saya dapat sebuah email dari panitia dan mengabarkan bahwa saya TIDAK LOLOS, dengan alasan yang spesifik yaitu “tema yang saya angkat kurang relevan dengan pembangunan strategis yang mereka mau”. Grrr, hayoloh, belajar sehari-hari di kelas tidak menjamin kamu sudah ahli. Dari sini saya mulai belajar untuk memahami konteks tema yang mereka mau. Ditambah lagi bahwa program ini fully funded, pasti lah saya beradu dengan ribuan orang lainnya di seluruh dunia.

Gagal di exchange pertama, saya lanjut ke exchange program berikutnya.  Masih dengan tipe dan panitia yang sama, yaitu program short course fully funded dari Eropa. Tapi kali ini berbeda tema yaitu tentang sustainable tourism. Berlokasi di Croatia dan Slovenia di Eropa Timur. Tapi gak bilang-bilang mama dulu. Pasti ujung-ujungnya gak dibolehin. Lagian belum tentu diterima juga. Satu minggu kemudian saya dapat email bahwa saya lagi-lagi DITOLAK dengan alasan yang lebih halus “paper yang saya buat cukup menarik dan kompetitif, tapi panitia harus memprioritaskan dari kelompok peneliti atau pekerja di bidang pariwisata terlebih dahulu”. Hmm.. padahal kalau mau bilang paper saya jelek mah ya bilang aja kali mbak 🙁

well, exchange program yang sebut di atas itu diinisiasi dari Asef-Europe Foundation (http://www.asef.org/)

kalau mau cari-cari informasi exchange fully funded ke Eropa bisa dilihat disitu ya.

Terus selanjutnya saya masih penasaran, saya cari informasi student exchange yang lain.  Ketemu program exchange jenis yang lain yaitu international summit. Kali ini balik lagi ke Eropa Barat tepatnya di Paris. Waktu itu temanya tentang SDG. Kemudian saya menulis tentang infrastruktur perumahan yang safe, resilience, sustainable, dan affordable. Ini juga program fully funded. Kenapa saya cari yang gratisan? ya biar gak keluarin duit intinya. Hehe mental gratisan. Tapi enggak gratisan kok sebenarnya, karena ada yang kamu jual yaitu “pemikiran, ide, gagasan”. Mereka cuma kasih slot gak begitu banyak, sekitar 30 peserta saja dari seluruh dunia untuk dibayarin fully funded. Jadi menunggu pengumuman ini lumayan lama juga. Sampai akhirnya di suatu malam, jreng jreng … saya dapat email bahwa saya LOLOS menjadi salah satu peserta dari ribuan pendaftar. Masyaaallah bukan main bahagianya. Sampai gak berhenti buat bersyukur. Karena kapan lagi coba bisa ke Paris. Kota idaman semua umat. Gratis pula (saya pikir).

Tapi, ada satu hal yang tidak saya duga, keesokan harinya saya dapat email bahwa panitia punya kebijakan baru dimana tahun lalu pernah ada kejadian bahwa peserta international summit yang lolos didanai 100% tiba-tiba membatalkan secara sepihak. Akhirnya tiket pesawat pp dan hotel yang sudah di booking jadi hangus. untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, panitia meminta deposit yang akan dimasukkan sebagai biaya pendaftaran member di komunitas international youth summit. gak tanggung-tanggung, dikasih waktu lima hari untuk transfer uang yang waktu itu kalau dirupiahkan dari USD ke IDR kurang lebih belasan juta. mereka meminta konfirmasi secepatnya karena bila tidak, saya didiskualifikasi dan diganti dengan peserta lain yang sudah disiapkan dalam waiting list.

gagal lagi deh ……

ya jelas gagal, karena saya sudah komit untuk tidak membebani orang tua saya dengan program yang ingin saya jalani. Apalagi dengan jumlah belasan juta dalam waktu dekat itu cukup memberatkan yang jelas.  saya pun berani untuk mengajukan proposal sebenarnya ke universitas atau instansi, tapi dalam tempo waktu sedekat itu tentu tidak ada yang mau ACC proposal saya. Terlalu mendesak.

Kalau mau tau, program summit ini diinisiasi oleh International Youth Committee, bisa diakses disini informasinya  (http://iyc.org.in/)

Oke, kemudian lanjut ke exchange yang lain. Kali ini saya mengintai yang dekat-dekat saja. Yaitu di Asia Tenggara. Kurang dekat apalagi coba. Kali ini berupa conference yang diadakan oleh International Global Network, namanya Asia Youth International Model United Nation (AYIMUN) di Bangkok, Thailand. Biasanya lomba ini sering diikuti mahasiswa dari jurusan Hubungan International karena terkait dengan upaya negosiasi dan diplomasi. Saya dari fakultas teknik memang lebih menyukai hal-hal yang bersifat seperti ini daripada ilmu yang benar-benar teknis (gak jago soalnya wkwk).

Mungkin karena self funded, jadi kuotanya banyak sampai 3000 peserta. dan alhamdulilah saya diterima jadi salah satunya. waktu pengumumannya sekitar 1 bulan dari jadwal pembayaran terakhir. Tapi walaupun dekat, nominalnya cukup besar juga. kalau ditotal, kurang lebih sama dengan program sebelumnya bisa sampai belasan juta rupiah. Karena masih ada waktu, saya coba cari sponshorship. Saya apply ke dua instansi daerah dan dua perusahaan swasta. dua perusahaan swasta menolak memberikan saya dana pertama karena jangka waktunya yang terlalu mepet (sebaiknya kalau mengirim proposal harus H-2 bulan atau H-1 bulan. waktu itu saya H-2 minggu baru kirim proposal. Alasan lainnya karena saya apply program secara individu. Lebih baik kalau mencari sponsorship itu a.n kelompok/komunitas. Biasanya lebih dipercaya. Sementara 2 instansi daerah, tidak ada kabar 🙁

Nah kalau mau tau informasinya, bisa dilihat disini ya (https://modelunitednation.org/)

selanjutnya nanti saya sharing tentang penulisan proposal sponsorship di blog ini beserta alamat-alamat komunitas atau perusahaan ternama yang biasanya menerima sponsorship.

Yaaaa, jadi begitulah pengalaman gagal saya mengikuti exchange. Alhasil, belum ada satupun exchange yang berhasil saya ikuti. Tapi, itu sama sekali gak menyurutkan niat saya untuk mengikuti program-program exchange yang lain di kesempatan berikutnya. Selama masih ada keinginan dan berbekal pengalaman, insyaallah masih ada jalan. Yang penting tetap antusias untuk belajar, belajar, dan belajar.

the last,

“apa yang ditakdirkan untuk kamu, tidak akan jadi milik orang lain”

                                                                                                                             – Trika

Menuntut Ilmu Itu Jelas Merupakan Ibadah

Menuntut ilmu adalah hal yang sangat penting bagi kita sebagai muslim. Banyak manfaat yang dapat dipetik dari menuntut ilmu. Ilmu dapat meninggikan derajat seseorang, ilmu dapat mengantarkan seseorang ke surga, bahkan orang yang mati dalam keadaan menuntut ilmu sama dengan orang yang mati di jalan Allah (syahid). Selain itu ketika Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul, hal pertama yang diajarkan Allah melalui malaikat Jibril adalah Iqra’ (membaca).  Hal ini membuktikan bahwa dikehidupan selanjutnya untuk memahami ilmu Allah kita akan melalui proses belajar terus menerus. Kemudian sarananya dengan perantara qalam (pena).

azzumar

Allah Ta’ala berfirman :

Katakanlah (wahai Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.[QS Az Zumar: 9]

Ayat diatas merupakan pertanyaan retoris yang memuat pertanyaan sekaligus jawaban. Tentu saja ada perbedaan antara orang yang berilmu dan tidak. Karena pada akhirnya berdampak pada rasa takut kepada Allah. Orang yang berilmu pasti memiliki rasa takut kepada Allah, semakin tinggi ilmunya semakin besar rasa takutnya kepada Allah. Berbeda dengan orang yang tidak berilmu, ia tidak akan mampu mengenal Allah sehingga tidak memiliki rasa takut kepada-Nya. Selain itu orang yang berilmu juga akan ditinggikan derajatnya. Dalam ayat yang lain Allah menyebutkan orang-orang berilmu dengan derajat yang mulia.

Ilmu juga merupakan wujud ketaqwaan kita kepada Allah. Sebagaimana hadist berikut :

hadist

” Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim” [ H.R. Ibnu Majah ]

Hadist ini kaitannya dengan menuntut ilmu adalah banyak hal yang diwajibkan oleh Allah untuk kita melaksanakannya, maka mempelajari hal-hal yang diwajibkan tersebut adalah wajib untuk dipelajari. Sebagai contoh bahwa sholat adalah kewajiban, maka mempelajari ilmu tentang sholat adalah wajib hukumnya dan seterusnya.

Selain itu, ada pula kaidah ushul fiqih yang mengatakan :

Tidak sempurna suatu kewajiban tanpa dengan perantara tersebut, maka perantara tersebut adalah wajib [Kaidah Ushul Fiqih]

Di dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dapat kita lakukan sebagai penerapan dari ayat dan hadist di atas. Sebagai contoh, kita sebagai mahasiswa dibekali amanah oleh dosen di kampus untuk melaksanakan tugas dan belajar sebaik-baiknya. Sudah sepatutnya kita yang diberi amanah harus menjalankan amanah tersebut dengan penuh tanggung jawab. Semakin giat kita menuntut ilmu seharusnya rasa takut kita kepada Allah semakin besar bukan sebaliknya, ilmu tidak boleh membuat kita menjadi sombong dan angkuh seolah-olah hanya kita yang paling pandai di dunia ini. Itulah yang membedakan antara orang-orang yang berilmu dengan yang tidak.

Ilmu juga harus diamalkan, orang-orang yang kufur kepada Allah menggunakan ilmunya untuk berbuat kerusakan. Sementara orang-orang yang percaya dengan nikmat Allah dan memiliki rasa takut kepada Allah menggunakan ilmunya untuk hal-hal kebaikan. Menuntut ilmu Allah dan mengamalkannya juga membuka jalan bagi kita menuju surga. Menurut Syaikh yang mulia ahli Fikih Zaman ini Muhammad bin Shalih al-Utsaimin -semoga Allah merahmatinya- menyebutkan 12 adab yang mesti dimiliki seorang penuntut ilmu:

  1. Mengikhlaskan niat untuk Allah ‘Azza wa Jalla
  2. Menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang lain
  3. Membela Syari’at
  4. Berlapang dada dalam masalah khilafiyah (perbedaan pendapat)
  5. Mengamalkan ilmu
  6. Berdakwah kepada Allah ‘Azza wa Jalla
  7. Dengan hikmah
  8. Bersabar dalam menuntut ilmu
  9. Menghormati dan menghargai ulama
  10. Memegang teguh Al-Qur’an dan As-Sunnah
  11. Tatsabut (meneliti kebenaran) dan Tsabat (konsisten)
  12. Berantusias memahami makna yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya

Perlu diingat, ketika kita menuntut ilmu, hal yang pertama kali yang harus diniatkan dalam hati kita adalah mencari keridhaan Allah. Sebab Allah lah yang memiliki segala ilmu di dunia ini. Tanpa izin-Nya belum tentu kita dapat memahami ilmu yang kita pelajari. Tanpa rahmat-Nya belum tentu ilmu yang kita pelajari dapat diamalkan dan menjadi bermanfaat untuk orang lain.

Sebagai contoh dalam mengamalkan ilmu, orang yang ahli dibidang kedokteran menggunakan ilmunya untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Ia sadar bahwa ilmu kesehatan yang dimilikinya dapat memberikan manfaat. Ia dapat menyembuhkan orang yang sakit, ia dapat memberikan penyuluhan tentang hidup sehat dan lain sebagainya. Karena kesehatan adalah nikmat dari Allah dan menjaga kesehatan adalah wujud syukur kita kepada Allah.

Orang yang ahli dibidang konstruksi dapat membantu masyarakat membuat jembatan. Terlebih saat ini banyak sekali di daerah pelosok yang belum dibangun jembatan. Padahal jembatan itu dapat bermanfaat bagi anak-anak untuk menyeberang sungai menuju sekolahnya. Apabila ahli konstruksi itu dapat mengamalkan ilmunya dengan baik, tentu banyak anak-anak sekolah yang tidak perlu lagi basah-basahan menyeberang sungai sebelum ke sekolah.

Seorang ahli kehutanan memberikan ide-idenya untuk menjaga hutan agar tidak semakin marak terjadi pembalakan liar. Kita lihat saat ini di media massa, banyak sekali berita tentang illegal logging yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Orang-orang tersebut dengan sengaja menebang atau membakar hutan untuk membuka lahan baru. Akhirnya banyak penduduk yang tinggal disekitar hutan tersebut terkena dampaknya. Banjir, tanah longsor, kebakaran hutan yang menyebabkan gangguan pernapasan dan lain-lain.

Singkatnya, ilmu wajib kita tekuni sebagai wujud ketaqwaan kita kepada Allah. Selain itu ilmu juga harus diamalkan. Sebab ilmu yang tidak diamalkan hanyalah sia-sia. Untuk apa kita menuntut ilmu tapi hanya digunakan untuk kepentingan pribadi, hanya untuk mencari kekayaan semata. Ilmu pada hakikatnya adalah bagaimana dengan ilmu tersebut kita mampu bermanfaat bagi orang lain. Karena menurut ulama “menuntut ilmu adalah mengangkat kebodohan dari diri sendiri dan dari orang lain dan beramal dengannya (ilmu tersebut)”

 

 

Daftar Pustaka

Tarbawi. n.d. “Ayat dan Hadits Populer Tentang Anjuran Menuntut Ilmu”. July 21, 2016.

http://www.abimuda.com/2014/11/ayat-dan-hadits-populer-tentang-anjuran.html

Aditya, Ryan. n.d. “Ringkasan Tentang Menuntut Ilmu”. July 21,  2016.

https://archive.org/stream/TuntunanMenuntutIlmuUntukPemulaBag.1/Tuntunan%20Menuntut%20Ilmu%20untuk%20Pemula%20Bag.%201#page/n0/mode/2up

Majjah, Ibnu. 2013. “Adab Penuntut Ilmu”. July 21, 2016.

Adab Penuntut Ilmu

Minggu-Minggu Pertama di UGM

          Sebagian orang mungkin beranggapan bahwa kuliah adalah salah satu jembatan untuk menggapai cita-cita, ya salah satunya adalah saya. Di era yang serba kompetitif seperti sekarang ini sulit rasanya mencari pekerjaan yang layak hanya bermodalkan ijazah SMA, toh sarjana saja banyak yang menganggur. Akhirnya keinginan untuk masuk ke perguruan tinggi pun tidak hanya sekedar “ah yang penting kuliah”, calon mahasiswa berbondong-bondong mencari universitas yang akreditasinya sudah mencapai lingkup nasional bahkan internasional seperti Universitas Gadjah Mada.

          Masih ingat sekali di benak saya, bagaimana dulu Balairung dan Grha Sabha Pramana hanya sekedar coretan di dinding kamar, tapi sekarang  semuanya tampak nyata dan menakjubkan. Saya dinyatakan lolos sebagai mahasiswa SNMPTN dan diterima di Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota. Ini merupakan hal terindah dan terbesar yang diberikan Allah kepada saya dan keluarga. Oleh sebab itu tulisan saya kali ini saya beri judul “semakin dekat dengan mimpi”. Ya, di UGM inilah mimpi-mimpi itu terasa semakin dekat dan kembali saya rajut.

          Semenjak merantau ke Yogyakarta dan berkuliah di Universitas Gadjah Mada ada banyak hal baru yang saya pelajari. Mulai dari PPSMB Palapa, saya diajarkan bagaimana membangun mimpi. Disana saya dan teman-teman di gembleng bukan hanya sekedar mimpi, tapi juga BERMIMPI BESAR. Sebab di luar sana banyak orang yang mengecilkan mimpinya dengan alasan takut gagal, tidak sesuai kemampuan dan lain sebagainya, akhirnya mereka hanya memastikan bahwa mimpi mereka itu bisa diraih dengan mudah, tanpa usaha yang keras, ujung-ujungnya menjadi malas, dan pecundang. Selanjutnya di PPSMB Kesatria Fakultas Teknik saya dan teman-teman dididik bagaimana kita bersatu, berkolaborasi, bersinergi, untuk mewujudkan mimpi itu. Karena Indonesia dibangun tidak hanya melalui satu atau dua orang figur hebat, tapi anak-anak bangsa yang saling bersatu untuk menjawab segala macam tantangan yang ada di negaranya. Hal itu disimbolkan dengan penyusunan puzzle Tugu Teknik oleh semua mahasiswa baru

Kelompok PPSMB Suhardi Tjahyono 29 melakukan sesi foto-foto usai pemberian materi di Sekolah Vokasi

Kelompok PPSMB Suhardi Tjahyono 29   melakukan sesi foto-foto usai pemberian materi di Sekolah Vokasi

          Setelah PPSMB selesai, seperti biasa saya mulai mengikuti berbagai macam rangkaian kegiatan perkuliahan. First Gathering, mengisi KRS, minta tanda-tangan dosen pembimbing akademik dan lain sebagainya. Minggu-minggu pertama kuliah, saya masih mencoba beradaptasi dengan lingkungan belajar yang baru. Guru baru, buku baru, suasana kelas yang baru, hingga teman baru. Apalagi kebanyakan dari mereka notebenenya berasal dari berbagai macam daerah, Sabang sampai Merauke. Bahkan kerap kali mereka menggunakan bahasa daerahnya dalam percakapan, membuat saya cukup sulit untuk berbaur. Ya mau tidak mau, yang bisa saya lakukan saat itu adalah listen, open minded, and respect. Ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa respect is not demanded, respect is earned. Penghormatan itu datang dengan sendirinya tanpa harus kita minta. Hukumnya sangat sederhana, hormatilah orang lain maka orang lain akan menghormatimu.

          Kurang lebih dua minggu kemudian saya dan teman-teman mengikuti SKALA. SKALA adalah ospek jurusan antara Teknik Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan Kota, karena kami memang belajar di satu atap yakni Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan. Aneh rasanya jika dalam satu atap kami tak saling mengenal. Oleh karena itu melalui ospek jurusan kali ini kami mulai mengenal satu sama lain, saling tenggang rasa, menyatukan perbedaan tanpa menghilangkan ciri khas kami sebagai mahasiswa arsitektur dan perencana. Hal itu terungkap dalam semboyan kami, Archiplan? Satu !

Keakraban antara Aristektur dan Perencana

Keakraban antara Aristektur dan Perencana

             Kemudian khusus untuk prodi PWK itu sendiri saya dan teman-teman mengikuti suatu pelatihan yang disebut PPM (Pelatihan Perencana Muda).  Kegiatan itu bermaksud untuk menyiapkan kami agar siap dan mampu menjalani kuliah selama empat tahun kedepan. Kami diajarkan skill presentasi, membuat powerpoint yang menarik, mengerjakan tugas essay dan paper. Setelah tugas dikumpulkan dan dinilai ada yang namanya sesi evaluasi. Tugas-tugas kami dipampang di layar kemudian kakak tingkat kami menunjukkan contoh-contoh tugas yang baik dan kurang baik. Tugas yang baik akan diberi apresiasi sementara tugas yang kurang baik harus memperbaikinya kembali. Disana mereka sangat kecewa karena ada beberapa dari kami yang melakukan plagiarisme. Mereka menyebutkan bahwa plagiarisme merupakan suatu yang amat menjijikkan bagi mahasiswa. Bagi siapa saja yang melakukannya mereka tidak akan segan-segan mencoret kertas kami.

          Selain itu, sebagai seorang calon perencana, survei merupakan hal yang wajib bagi kami sebelum membuat laporan. Melalui PPM itulah kali pertama saya melakukan survei. Disana kami dibimbing dan ditemani oleh kakak tingkat. Mereka mengajarkan kami tentang teknik survei, cara mewawancarai yang baik dan benar, bagaimana meng-input data dan lain sebagainya. Jujur saya sangat senang sekali, karena bonus dari survei adalah jalan-jalan. Bagi mahasiswa perantauan seperti saya, mengenal Jogja dan karakteristik orang-orang didalamnya menjadi suatu keharusan untuk proses beradaptasi. Nah, setelah selesai mengikuti survei, output yang harus kami hasilkan adalah berupa maket. Disana leadership kami diasah. Bagaimana bekerja sama dengan teman-teman yang lain tanpa harus mendominasi atau menjadi pasif. Karena di dalam sebuah tim kita harus ingat bahwa kita bukanlah superman yang dapat melakukan semua pekerjaan sendirian, kita harus memberikan kepercayaan kepada orang lain juga untuk melakukan tugasnya. Selain itu, di dalam buku The Wisdom of Teams, Jon R. Katzenbach dan Douglas K. Smith juga dikatakan bahwa seorang pemimpin percaya bahwa keberhasilan yang diperoleh merupakan hasil kerja sama dalam sebuah tim untuk mencapai tujuan yang sama. Namun hal itu belum dapat saya dan tim saya tunjukkan. Alhasil saat display maket dan presentasi, performa kami bisa dibilang gagal dan mengecewakan. Maket yang kami buat dikatakan seperti maket kawasan 40 tahun yang lalu, berantakan dan tidak padat. Kami pun sadar apa kekurangan kami, yaitu kurangnya koordinasi yang baik antar anggota.

Suasana survei di Jalan affandi

Suasana survei di Jalan affandi

Selain kegiatan di perkuliahan saya juga mengikuti UKM yakni Koperasi “Kopma UGM” dan BSO Cendikia Teknik. Di Kopma saya menjadi anggota kewirausahaan karena saya ingin belajar membangun start-up bisnis sebelum saya lulus dari UGM. Saya juga mengikuti acara-acara seminar nasional kepemudaan seperti Young On Top. Disana saya mendapatkan ilmu, wawasan, dan relasi baru. Beberapa tulisan saya diatas juga terinspirasi dari buku karya Billy Boen yang berjudul “Young On Top : 35 Kunci Sukses di Usia Muda”. Beliau adalah Founder dan CEO dari PT. YOT Inspirasi Nusantara. Yakni sebuah komunitas yang berfokus untuk memberdayakan anak muda agar berhasil di usia belia.

Billy Boen, Direktur Young On Top dalam acara YOT Impact Jogja

Billy Boen, Direktur Young On Top dalam acara YOT Impact Jogja

Kemudian yang kedua saya mengikuti BSO Cendikia Teknik dan diterima di departemen akademik. Disana saya mengikuti seminar beasiswa seperti LPDP dan Erasmus+. Menurut saya hal-hal semacam itu perlu dipersiapkan dari sekarang sebagai bekal bagi saya untuk melanjutkan kuliah S2 terutama ke luar negeri.

Acara forga pertama anggota Departemen Akademik Cendikia Teknik

Acara forga pertama anggota Departemen Akademik Cendikia Teknik

 

Diskusi bersama antara Cendikia Teknik dengan Mapres UGM 2016 Alwan Hafidz

Diskusi bersama antara Cendikia Teknik dengan Mapres UGM 2016 Alwan Hafidz

          Sekian cerita saya di minggu-minggu pertama perkuliahan baik kegiatan akademik maupun non-akademik. Masih ada banyak cerita yang akan saya tulis melalui blog ini yaitu sederet kisah selama empat tahun kedepan. Semoga apapun ceritanya harapan saya dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang.

 

Mimpi memang berbeda dengan sebuah kenyataan

Tapi antara mimpi dan kenyataan ada sebuah jalan

–  Merry Riana

 

Referensi :

Boen, Billy. 2016. Young On Top New Edition : 35 Kunci Sukses di Usia Muda. Yogyakarta : PT. Bentang Pustaka

 

 

Mahasiswa Sibuk vs Mahasiswa Efektif

Menjadi mahasiswa memang memiliki keunikan sendiri. Ada imbuhan “maha” didepan status kesiswaannya. Itu berarti secara tidak langsung mahasiswa dituntut untuk memiliki tanggung jawab yang lebih dibandingkan siswa biasa. Yakni tanggung jawab kepada dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Saat menyandang status mahasiswa, ia juga dihadapkan pada segudang pilihan. Mulai dari memilih mata kuliah, UKM, BSO, komunitas, event, dan lain sebagainya.

Memang, jalan menuju kesuksesan tak selalu sama.  Mahasiswa memiliki caranya masing-masing untuk menemukan jalan menuju kesuksesan itu. Yang pertama ada yang memilih untuk aktif di organisasi demi mengasah softskillnya. Yah syukur-syukur dari kegiatannya itu pulang-pulang bisa berprestasi, dikasih award berupa beasiswa, penghargaan, dan yang jelas pasti famous. Tapi dibalik keaktifannya pasti ada tugas kampus yang terbengkalai, semua serba deadline, mau gak mau akhirnya harus begadang sampai jam 5 subuh.

Kemudian yang kedua ada pula mahasiswa yang aktif di bidang akademik doang. Mengejar IPK 4,0; lulus tepat waktu, semoga aja bisa cumlaude seperti yang mama papa inginkan. Tapi, hanya berkutat di akademik saja juga tidaklah baik. Mahasiswa juga harus mengasah kecakapannya dalam memimpin, dimana hal itu bisa diperoleh di organisasi. Sehingga disini ada dua tipe besar mahasiswa yaitu mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang kuliah-pulang) dan mahasiswa kurap (kuliah-rapat kuliah-rapat).

Dari dua tipe mahasiswa itu siapa sih yang tak ingin menjadi mahasiswa ideal? aktif di berbagai kegiatan organisasi, tapi nilai akademik tetap oke. Namun untuk berhasil di kedua bidang bukanlah hal yang mudah. Mahasiswa dibatasi dengan waktu dan tenaga. Akhirnya mau tidak mau ada salah satu yang harus dikorbankan. Saya tidak mengatakan mahasiswa yang hanya mengejar akademik saja bakalan susah mendapat pekerjaan setelah lulus kuliah. Karena banyak orang awam yang mengatakan “hari gini IPK 4 gak jamin loe bakal dapat kerja dengan cepat. Semua harus dibarengi dengan softskills”. Saya juga tidak menyalahkan mahasiswa yang aktif di organisasi doang, karena lagi-lagi orang awam mengatakan “lu organisasi mulu sih, skripsi gak kelar-kelar kan”

Mantan Menteri Pendidikan, Anies Baswedan pernah mengatakan bahwa mahasiswa jangan menyia-nyiakan masa perkuliahannya hanya menjadi mahasiswa kuliah-pulang kuliah-pulang. Mahasiswa juga harus aktif mengikuti pembelajaran di luar kelas. Sebaliknya jika mahasiswa itu aktifis, maka jangan hanya aktifis di luar kelas tapi juga di dalam kelas. Oleh karena itu mahasiswa harus memiliki double track, yaitu track akademik dan track kepemimpinan. Karena dua hal itu yang akan mengantarkan mahasiswa menuju masa depan.

Cocok?

Nah terus gimana sih caranya buat menyeimbangkan antara akademik dengan organisasi. Pasti pengen dong ya aktif di organisasi tanpa harus melalaikan tugas kampus. Karena sekali lagi, tujuan pertama kali kita di universitas adalah kuliah. Mahasiswa harus pandai-pandai memilih kegiatan apa saja yang dapat menunjang minat dan bakatnya yang kelak akan mengantarkan mahasiswa tersebut menuju cita-citanya. Kebijakan dalam memilih dan mengambil keputusan mutlak harus dimiliki oleh seorang mahasiswa.

Nah disini saya mau membagi 2 tipe mahasiswa berdasarkan kegiatannya, yaitu mahasiswa efektif dan mahasiswa sibuk. Apasih perbedaan diantara keduanya? yuk kita telaah!

  1. Mahasiswa sibuk itu selalu mengikuti banyak hal sementara mahasiswa efektif hanya fokus pada satu tujuan

Terkadang, sebagai mahasiswa kita memiliki banyak keinginan. Ingin punya banyak teman, ingin cari pengalaman, sampai ingin ngeksis bareng kakak tingkat. Tidak heran jika banyak mahasiswa yang mencoba segala macam kegiatan tanpa memiliki tujuan yang jelas. Inilah yang membuat mahasiswa cenderung sibuk dengan kegiatan non-akademiknya sehingga record akademiknya menjadi terbengkalai. Padahal jika mahasiswa telah menentukan tujuan yang jelas, bisa saja ia menjadi mahasiswa ideal. Aktif di organisasi dan memiliki prestasi akademik. Misalnya, ada mahasiswa yang gemar menyanyi. Ia ingin mengikuti kontes menyanyi baik tingkat regional maupun nasional. Maka dengan targetnya itu ia cukup mengikuti UKM olah vokal atau paduan suara atau bisa juga menjadi panitia konser. Siapa tau dari pengalamannya jadi pantia, suatu saat dia bisa menggelar konser miliknya sendiri. Mantap kan? Hehe. Jadi, pikirkanlah dua kali sebelum benar-benar memilih suatu organisasi. Pilih organisasi yang membuat kamu bisa berkontribusi total di dalamnya. Fokus. Jangan asal ikut-ikutan teman. Sayang kan kalau kamu punya segudang kegiatan tapi tak satupun dari kegiatan itu ada kontribusimu didalamnya J

  1. Mahasiswa sibuk cenderung tidak memiliki waktu yang cukup sementara mahasiswa efektif hanya menggunakan waktunya untuk hal yang benar-benar penting.

Akibat memilih banyak organisasi, mahasiswa jadi berpikir “aku sibuk, gak punya waktu. Bisa makan aja udah syukur apalagi jalan-jalan”. Wah bayangin aja kalau paradigma seperti ini ada di benak mahasiswa. Betapa suramnya hidup mereka. Padahal masa muda adalah masa dimana kita bisa mengeksplor hal-hal baru disekitar kita. Mengunjungi tempat-tempat baru, bertemu orang-orang baru, dan mendapatkan pengalaman baru. Kalau 24 jam habis untuk kuliah dan rapat, lambat laun mahasiswa itu akan mudah mengalami stress. Berbeda nih dengan mahasiswa efektif, ia akan menyediakan waktu untuk hal-hal yang benar-benar penting, untuk kegiatan yang sesuai dengan yang dipilihnya. Sisanya bisa ia gunakan untuk jalan-jalan. Sekedar refreshing dari tugas-tugas kuliah yang diberikan dosen. Nah, supaya hari kamu lebih efektif cobalah buat priority list kegiatan yang akan kamu ambil dalam hari itu. Porsikan waktu untuk aktivitas, istirahat, dan belajar.

  1. Mahasiswa sibuk cenderung mengatakan “ya” pada semua tawaran, sementara mahasiswa efektif memikirkannya dua kali

Diundang banyak kegiatan memanglah suatu prestise tersendiri bagi mahasiswa. Karena dengan begitu ia akan dianggap penting dan dibutuhkan. Namun, dibalik itu ada hal yang harus jadi pertimbangan. Pertama waktu yang kedua kesehatan. Jangan sampai kegiatan itu benar-benar menyita waktu mahasiswa hingga pergi pagi pulang pagi (udah kayak lagu armada ceritanya). Jangan pula karena menerima banyak kegiatan akhirnya tubuh menjadi tidak fit dan jatuh sakit. Kalau sudah sakit, jangankan untuk ikut kegiatan ini dan itu, sekedar mengerjakan tugas kampus saja mungkin tidak bisa. Akhirnya rugi banyak kan? Kalo mahasiswa efektif dia akan melihat jadwal yang sudah dibuatnya sebelum menerima tawaran. Ia mampu memporsikan mana tawaran yang harus diambil dan mana yang tidak berdasarkan jadwal yang sudah ia buat.

  1. Mahasiswa sibuk memiliki banyak prioritas, mahasiswa efektif memiliki satu-dua prioritas

Memiliki banyak prioritas tentu akan sangat membingungkan. Terlebih lagi jika semuanya berada dalam deadline yang sama. Misal, tugas A harus dikumpul hari senin pagi. Tapi hari minggu kita masih ikut organisasi hingga pulang malam. Kebiasaan anak sekolahan bahkan terbawa sampai kuliah adalah SKS (sistem kebut semalam). Ia mengerjakan tugasnya sampai jam 3 subuh. Kemudian besoknya harus bangun pagi. Siangnya ada rapat. Sorenya ada pelatihan. Setelah itu apa yang terjadi? Yaudah wassalam. Tapi untuk hal-hal semacam itu bisa kita siasati. Misal tugasnya dikumpul hari senin. Dosen pasti memberikan tugas dalam jangka waktu 1 minggu. Usahain deh pas paginya di kasih tugas, malamnya udah mulai nyicil minimal seperempatnya dulu. 4 hari kamu nyicil tugas, lama kelamaan kan beres juga. Gimana kalo tugasnya gak cuma satu? Hmm… saya yakin diantara satu minggu itu pasti ada jam kosong. Contoh nih ada mahasiswa PWK sebut saja Mawar. Dia memiliki jam studio yang berlangsung selama 4 jam. Biasanya dosen datang cuma buat ngeliat-liat progress tugas. Selebihnya, 4 jam itu bebas digunakan untuk apa saja. Nah biasanya, Si Mawar ini menggunakan 2 jam studionya untuk menyelesaikan tugas yang ada hubungannya dengan pelajaran studio. 2 jam nya lagi ia gunakan untuk nyambi tugas-tugas yang lain. Dalam waktu 4 jam itu 2-3 tugas bisa ia selesaikan. Alhasil sorenya masih bisa disempatkan untuk datang rapat. Kalo malamnya mau rapat juga gapapa. Kan tugasnya udah selesai. Trus jam 10 malam bisa langsung tidur deh. Beres kan?

nah, kalau kamu mahasiswa yang mana?

Dari PWK untuk Indonesia

“Bangun pemudi pemuda Indonesia

Lengan bajumu singsingkan untuk negara

Masa yang akan datang kewajibanmu lah

Menjadi tanggunganmu terhadap nusa”

 

Bait diatas adalah sebagian dari lirik lagu Bangun Pemudi Pemuda yang sarat makna. Di lirik lagu tersebut terlihat ada sebuah harapan Indonesia terhadap pemuda untuk masa yang akan datang. Bukan hal yang belebihan jika dikatakan bahwa mahasiswa adalah agen perubahan bagi bangsa ini. Karena memang benar adanya. Bahkan presiden pertama kita pernah mengatakan “Berikan aku seribu orang tua niscaya akan ku cabut semeru dari akarnya, berikan aku sepuluh pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”.

Menjadi mahasiswa tentu berbeda dengan dulu ketika masih duduk di bangku sekolah. Saya masih ingat sekali bagaimana dulu sewaktu sekolah membuat tugas hanya modal “mbah google” copy paste print beres sudah. Tapi saat menjadi mahasiswa saya sadar bahwa kita harus lebih peka pada kondisi disekitar kita dan menjadi bagian dari solusi. Dalam video sambutan Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada, beliau berkata bahwa esensi dari pembelajaran di kuliah adalah mengasah jiwa kepemimpinan dan memupuk kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.

Salah satu bentuk dari kepedulian itu dapat diwujudkan dari pengelolaan tata ruang yang kian semrawut. Sebagai contoh bahwa saat ini banyak sekali pemukiman kumuh berserakan dimana-mana. Padahal pemukiman yang kumuh berdampak pada psikologis kita. Coba bandingkan, lebih nyaman tinggal di tempat yang ada ruang terbuka hijaunya atau tempat yang sesak dengan tumpukan rumah? Tentu yang ada ruang terbuka hijaunya dong ya. Terus di jalan raya kita sering lihat pengguna motor yang seenaknya menerobos area pedestrian way, tentu saja ini melanggar hak-hak pejalan kaki untuk lewat di area tersebut. Alasannya sederhana, jalan kurang lebar katanya. Disamping itu yang tak kalah menarik perhatian saya adalah banyaknya spanduk-spanduk partai di pinggir jalan. Bahkan ada yang dipaku di pepohonan tanpa aturan. Sungguh luar biasa bukan? Bagaimana kita bisa memilih pemimpin yang spanduknya saja sudah tidak pro terhadap lingkungan.

Nah berangkat dari masalah-masalah diatas dibentuklah prodi Perencanaan Wilayah dan Kota. Orang yang berprofesi dibidang ini biasa disebut Planner. Seorang planner tidak hanya belajar tentang tata guna lahan, kependudukan, ekonomi tetapi juga harus pandai mempertimbangakan kepentingan dari berbagai pihak sebelum membuat rencana atau mengambil keputusan. Oleh karena itu planner harus memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas. Sebagai contoh, belum lama ini saya baca berita di koran bahwa pemerintah menyediakan armada busway terbaru untuk mengurangi kemacetan, namun pemilik moda transportasi seperti taksi dan minibus merasa bahwa lahan mata pencahariannya diambil. Akhirnya berujung pada pro kontra dan aksi teror.

Untuk menjawab persoalan tersebut, dalam studinya PWK melakukan analisis kawasan dan membuat maket di studio sebagai bahan pembelajaran. Selain itu telah banyak pula penelitian yang dilakukan mahasiswa seperti pengelolaan air, pengelolaan lingkungan kumuh, pemberdayaan daerah tertinggal dan lain-lain. Bahkan melalui penelitian tersebut ada yang lolos sebagai salah satu kontestan dalam ajang bergengsi di dunia dan menorehkan prestasi. Selain itu, untuk memupuk kepedulian terhadap lingkungan dapat dilakukan dari hal-hal kecil seperti tidak membuang sampah diselokan agar aliran air saat hujan lancar. Membiasakan sejak dini menanam pohon di sekitar rumah untuk menyediakan ruang terbuka hijau. Menggunakan transportasi umum ketika berpergian untuk mengurangi kemacetan. Jangan takut dibilang tidak gaul karena naik transportasi umum. Pernah nonton film Street Society? dalam film tersebut Chelsea Islan berkata seperti ini “negara maju itu bukan seberapa banyak orang miskin punya mobil pribadi tapi seberapa banyak orang kaya mau naik angkutan umum”. Sekarang sudah jelas kan, kalau naik angkutan umum itu sebenarnya budaya negara maju. Nah, dengan begitu bukan tidak mungkin nantinya kita dapat berkontribusi di skala yang lebih luas lagi karena sumber daya manusianya yang berkualitas. Itulah yang memotivasi saya sebagai mahasiswi teknik untuk giat belajar dan bekerja demi mewujudkan Indonesia yang lebih baik.

Kepemimpinan, Langkah Awal Perubahan

Memiliki jiwa kepemimpinan saat ini mutlak diperlukan. Menurut Menteri Pendidikan, Anies Baswedan, bahwa di era globalisasi ini mahasiswa dituntut untuk memiliki double track, yaitu track akademik dan track kepemimpinan. Track akademik sangat penting bagi mahasiswa untuk menunjang pendidikan mereka seperti pengajuan beasiswa S2 dimana pelamar harus memiliki IPK yang tinggi. Namun track kepemimpinan juga tidak kalah penting. Sebab kehidupan pasca kuliah butuh lebih dari sekedar nilai. Mahasiswa harus memiliki kemampuan kepemimpinan, analythical thinking, dan problem solving sebagai persiapan pemimpin masa depan.

Untuk menumbuhkan jiwa kepemimpinan harus dimulai dari mengenali diri sendiri. Membangun sistem kepercayaan diri yang dapat dibentuk dari lingkungan keluarga, masyarakat, nilai-nilai agama, pengalaman, dan tradisi. Selanjutnya sistem kepercayaan diri ini akan membentuk citra diri positif. Mustahil seseorang dapat menjadi pemimpin jika tidak percaya diri, mustahil pula seseorang dapat membangun masyarakat tanpa memiliki jiwa kepemimpinan.

Sistem kepercayaan diri memiliki pengaruh terhadap keinginan-keinginan tertinggi dalam hidup kita. Dr. Maxwell Maltz bahkan berpendapat bahwa sistem ini merupakan semacam hipnotis diri. Apapun yang kita pikirkan sistem kepercayaan diri ini yang akan menstimulus pikiran kita. Termasuk jika kita percaya bahwa kita mampu menjadi pemimpin, maka kita akan menjadi pemimpin.

Jiwa kepemimpinan memiliki arti penting dalam hidup kita. Jiwa kepemimpinan memampukan kita untuk mendapat dukungan serta kerja sama dari orang lain. Keberhasilan dan kemampuan memimpin orang lain yaitu membuat mereka mengerjakan hal-hal yang tidak akan mereka kerjakan seandainya mereka tidak dipimpin. Inilah langkah awal bagi kita untuk membangun masyarakat.

Di dalam prinsip kepemimpinan ada empat kaidah yang harus diteladani, diantaranya:

  1. Bertukar pikiran dengan orang yang Anda ingin pengaruhi

Cara ini sangat ampuh untuk mendorong orang lain seperti teman, rekan kerja, karyawan, bahkan masyarakat untuk bertindak dengan cara yang kita inginkan. Selain itu bertukar pikiran adalah salah satu cara untuk mendengar permasalahan yang terjadi di sekitar kita. Bahkan dengan bertukar pikiran kita mampu mencari solusi dari permasalahan tersebut. Lagipula semakin banyak kita bertukar pikiran dengan orang-orang disekeliling kita, maka perkataan kita pun akan semakin didengar, otomatis semakin mudah bagi kita untuk melakukan kerjasama dengan orang lain.

  1. Berpikir apa cara yang manusiawi untuk menangani ini

Setiap orang memiliki tipe kepemimpinan yang berbeda. Ada banyak cara pandang orang untuk menghadapi berbagai persoalan dilihat dari tipe kepemimpinannya. Contohnya seorang diktator, ia juga seorang pemimpin. Namun pemimpin yang kurang memperhatikan aspirasi orang disekitarnya. Ia cenderung mengambil keputusan berdasarkan kehendaknya sendiri. Ia selalu menganggap bahwa pemikiran orang lain tidak sebaik dirinya. Tipe pemimpin seperti ini tentu saja dijauhi masyarakat. Jika seandainya ada yang loyal, itu tidak akan bertahan lama. Selain itu ada juga tipe pemimpin yang berdasarkan peraturan dalam buku. Segala sesuatunya harus dikerjakan sesuai aturan, prosedural, dan sesuai rencana. Pemimpin seperti ini akan memperlalukan orang lain layaknya mesin. Mereka bekerja sesuai prosedur, statis, dan sistematis. Kemudian ada pula tipe pemimpin yang manusiawi. Tipe seperti ini sangat kooperatif. Ia memanusiakan manusia. Ia mau mendengar aspirasi orang lain untuk kemudian bekerja sama. Ia juga menghargai setiap pemikiran dan ide yang diberikan orang lain sebelum memutuskan suatu kebijakan.

  1. Berpikir untuk maju, percaya akan kemajuan, mendesak untuk maju

Seorang pemimpin harus berpikir progresif yaitu selalu melakukan perbaikan, tidak hanya stagnan dan cepat puas terhadap hasil karena kehidupan ini sangat dinamis. Pemimpin harus cepat dalam mendorong kemajuan dan menciptakan perubahan di masyarakat.

  1. Luangkan waktu untuk berunding dengan diri Anda sendiri

Kita selalu menggambarkan pemimpin sebagai seorang yang sibuk. Itu benar sekali. Pemimpin selalu berada di tengah-tengah kesibukan. Namun dibalik itu semua ia selalu menempatkan dirinya untuk berpikir sendiri. Franklin D. Roosevelt dan Winston Churchill dapat mengembangkan kapasitas kepemimpinan mereka yang luar biasa juga dengan banyak menghabiskan waktu sendirian. Meluangkan waktu untuk sendiri adalah alat yang ampuh untuk berpikir.

Sebagai contoh kepemimpinan yang ada di sekitar kita adalah Veronica Colondam. Beliau adalah pendiri sekaligus CEO di Yayasan Cinta Anak Bangsa atau biasa disebut YCAB Foundation. Sejak tahun 1999 ia sudah aktif dalam berbagai kegiatan sosial untuk memberdayakan manusia melalui pendidikan dan ekonomi. Awal mula pendirian YCAB Foundation ini berawal dari kekhawatiran Vera akan “tren” penggunaan narkoba di kalangan remaja. Oleh karena itu ia dan teman-temannya berinisitif memberikan edukasi mengenai narkoba di kalangan remaja. Namun dalam perkembangannya, program yang dijalankan YCAB Foundation melebar menjadi sektor ekonomi. Menurut Vera untuk memecahkan masalah kesehatan remaja, tidak lepas dari pendidikan dan kondisi ekonomi keluarga. Maka dari itu, YCAB mulai melebarkan fokusnya dalam menangani masalah pendidikan anak-anak kurang mampu dan pemberdayaan ekonomi keluarga tidak mampu. Ia mengembangkan programnya dengan mendirikan Rumah Belajar dan memberikan kredit mikro bagi keluarga kurang mampu. Kredit mikro memberikan pinjaman modal usaha kepada ibu-ibu pra sejahtera untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya sehingga pendidikan anak-anak mereka terjamin. Berbeda dari sistem kredit mikro pada umumnya, dilatarbelakangi banyaknya siswa Rumah Belajar yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya karena harus membantu perekonomian keluarga. Oleh karena itu pinjaman modal yang diberikan YCAB Foundation adalah bersyaratkan pendidikan. Keluarga yang diberi pinjaman modal harus menyekolahkan anak-anaknya atau mengajak anaknya yang putus sekolah untuk belajar di Rumah Belajar YCAB Foundation.

Apa yang dilakukan oleh Veronica Colondam merupakan salah satu wujud dari sifat kepemimpinan. Ia bukan hanya mampu untuk menjadi pemimpin YCAB Foundation tapi juga mampu untuk mendorong kemajuan.  Ia mampu membangun ekonomi masyarakat disekitarnya dengan memberikan pinjaman modal. Ia juga mampu mengajak anak-anak yang putus sekolah agar bisa bersekolah kembali melalui Rumah Belajar yang didirikannya. Ia sadar bahwa ekonomi dan pendidikan adalah syarat utama untuk membangun Indonesia lebih baik.

Hal yang sama pun dapat kita lakukan sebagai mahasiswa untuk mengasah  jiwa kepemimpinan. Sebagai contoh yaitu aktif dalam kegiatan organisasi, saling bertukar pikiran, memberikan masukan dan pendapat, dan menyampaikan ide-ide yang baik adalah langkah awal untuk melatih mental mahasiswa sebelum terjun di masyarakat. Mahasiswa juga dapat turut serta untuk mengikuti kegiatan-kegiatan sosial seperti ikut serta dalam gerakan menanam seribu pohon yang bermaksud mendorong perubahan agar masyarakat lebih cinta terhadap lingkungan dan tidak melakukan pembalakan liar. Mahasiswa juga bisa menjadi relawan untuk mengajar di yayasan-yayasan yang masih kekurangan guru agar semakin banyak murid yang mendapatkan pendidikan. Selain itu juga di bidang kesehatan, mahasiswa dapat bekerja sama dengan posyandu untuk memberikan imunisasi gratis bagi anak-anak balita untuk meningkatkan gizi mereka, dan masih banyak contoh lainnya.

Jadi, jiwa kepemimpinan bukan hanya sekedar mampu memberikan instruksi kepada orang lain. Namun lebih kepada bagaimana kita mendorong orang lain untuk melakukan perubahan. Banyak contoh sikap kepemimpinan yang dapat kita ambil di lingkungan kita sehari-hari. Mahasiswa sebagai agent of change harus menjadi pilar bagi perubahan dengan mengasah jiwa kepemimpinan sejak dini agar dapat menjadi bagian dari perubahan Indonesia yang lebih baik.

 

Daftar Pustaka

Lusi, Samuel S. 2010. The Real You is The Real Success. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Shwartz, David J. 1996. Berpikir dan Berjiwa Besar : The Magic Of Thinking Big. Jakarta : Binarupa Aksara

Rinaldi, Denoan. 2012. “YCAB : Memberikan Solusi Masalah Narkoba Hingga Pemberdayaan Ekonomi”. July 22, 2016. http://swa.co.id/youngster-inc/headline/ycab-memberikan-solusi-masalah-narkoba-hingga-permberdayaan-ekonomi

Ycabfoundation. n.d. “ycab foundation”. July 22, 2016. http://www.ycabfoundation.org/about-us/meet-our-team/

Baswedan, Anies. 2014. “Pesan Anies Baswedan untuk Mahasiswa Baru”. July 22, 2016. http://aniesbaswedan.com/tulisan/Pesan-Anies-Baswedan-Untuk-Mahasiswa-Baru

 

HUT RI KE-71 : BANGKITKAN KEMBALI OPTIMISME INDONESIA

                                           IMG_20160814_133037

Ada banyak cara setiap orang merayakan hari kemerdekaan. Beberapa hari yang lalu tanggal 14 Agustus 2016 di Pogung Kidul Kab. Sleman Yogyakarta diadakan pameran kebudayaan. Orang-orang lebih suka menyebutnya dengan karnaval dalam rangka HUT RI yang ke-71. Ada sekitar 21 RT yang ikut dalam acara tersebut. Ibu-ibu, bapak-bapak, bahkan anak kecil dengan pakaian adatnya sangat antusias sekali memamerkan berbagai macam kebudayaan di Indonesia. Ada Reog, ada tarian dari Kalimantan, iringan lagu Apuse, Ondel-Ondel, Tradisi Kirab Budaya Kupatan dan masih banyak lagi. Suatu hal yang jarang sekali kita temukan di kota, terutama kota yang menjadi tujuan urbanisasi. Tapi bukan berarti Yogyakarta bukan kota, Yogya juga kota bahkan disebut daerah istimewa. Ya, Yogya sangat istimewa. Ditengah banyaknya pendatang dari berbagai daerah justru Yogya tetap memperkenalkan keanekaragaman budaya.

Mari sejenak kita tinggalkan isu-isu negatif di televisi yang selama ini meruntuhkan semangat anak muda untuk berkarya. Mulai dari kasus korupsi yang memuakkan, isu tentang MEA yang menakut-nakuti sarjana muda untuk bersaing mendapatkan pekerjaan, sampai isu fullday school yang jadi trending topic (eh itu beneran gak sih?-_-).

Sekarang mari kita fokus pada potensi-potensi yang dimiliki Indonesia. Salah satunya kebudayaan. Melalui karnaval ini, pandangan saya mulai terbuka jika sebenarnya Indonesia itu memang sangat kaya dalam keberagamannya. Mungkin ini adalah sebagian kecil dari budaya Indonesia lainnya. Atau mungkin teman-teman pernah melihat pameran kebudayaan yang lebih hebat lagi. Tapi sekali lagi ini adalah contoh kecil dari potensi yang dimiliki Indonesia.

Dalam karnaval itu, semua masyarakat baik yang ikut maupun yang nonton terlihat sangat harmonis. Merka bahu-membahu saling bekerjasama demi suksesnya acara. Saat karnaval dimulai semua orang pecah dalam sukacita. Bahkan saling joget bersama. Sudah jelas bukan? Melalui kebudayaan saja kita bisa bersatu mewujudkan arti dari Bhineka Tunggal Ika.

Selain itu dalam acara tersebut saya juga melihat seorang anak kecil yang dengan lihai memainkan alat musik angklung. Mungkin dia datang sebagai jawaban atas berita di tv kalau angklung sudah diklaim tetangga sebelah. Hehehe. Sementara dibelakangnya banyak iring-iringan anak muda yang meneriakkan kata MERDEKA! MERDEKA! MERDEKA! Setelah itu mereka bergerak keliling kampung sambil menyanyikan lagu-lagu daerah nusantara. Sudah jelas bukan? Melalui kebudayaan kita bisa membangkitkan semangat anak muda untuk mencintai negaranya.

Terus, dalam karnaval itu banyak pula parade yang menyajikan buah-buahan, sayur-sayuran, dan segala macam hasil panen. Bahkan sempat saya lihat ada pohon ubi yang bener-bener dicabut sampai akarnya. Ubinya besar banget. Kalau dibikin kripik mungkin ada deh satu baskom (hihihi).

Bukan bukan bukan, bukan kripik ubi yang jadi fokus, tapi hasil alamnya. Berlebihan gak sih kalau orang bilang tanah kita tanah surga? Kalau menurut saya sih enggak. Karena apapun yang ditanam di Indonesia pasti tumbuh subur. Pernah saat SMA guru saya bercerita kalau teh kualitas nomor 1 di dunia yang diminum Ratu Elisabeth itu berasal dari Sumatera Barat. Keren kan?

Nah itu dia segelintir potensi-potensi Indonesia kalau kita pandang dari kebudayaannya doang. Baru kebudayaan loh itu, belum lagi yang lain-lain. Jadi mulai sekarang mari kita perkenalkan potensi-potensi Indonesia ke seluruh masyarakat di tanah air. Bisa melalui televisi, radio, ataupun sosial media yang makin gencar diminati sebagian besar masyarakat Indonesia. Jangan cuma nonton gosip apalagi pake smartphone cuma untuk stalking mantan. eh

© 2025 Trika Yuliana

Theme by Anders NorenUp ↑