“Bangun pemudi pemuda Indonesia

Lengan bajumu singsingkan untuk negara

Masa yang akan datang kewajibanmu lah

Menjadi tanggunganmu terhadap nusa”

 

Bait diatas adalah sebagian dari lirik lagu Bangun Pemudi Pemuda yang sarat makna. Di lirik lagu tersebut terlihat ada sebuah harapan Indonesia terhadap pemuda untuk masa yang akan datang. Bukan hal yang belebihan jika dikatakan bahwa mahasiswa adalah agen perubahan bagi bangsa ini. Karena memang benar adanya. Bahkan presiden pertama kita pernah mengatakan “Berikan aku seribu orang tua niscaya akan ku cabut semeru dari akarnya, berikan aku sepuluh pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”.

Menjadi mahasiswa tentu berbeda dengan dulu ketika masih duduk di bangku sekolah. Saya masih ingat sekali bagaimana dulu sewaktu sekolah membuat tugas hanya modal “mbah google” copy paste print beres sudah. Tapi saat menjadi mahasiswa saya sadar bahwa kita harus lebih peka pada kondisi disekitar kita dan menjadi bagian dari solusi. Dalam video sambutan Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada, beliau berkata bahwa esensi dari pembelajaran di kuliah adalah mengasah jiwa kepemimpinan dan memupuk kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.

Salah satu bentuk dari kepedulian itu dapat diwujudkan dari pengelolaan tata ruang yang kian semrawut. Sebagai contoh bahwa saat ini banyak sekali pemukiman kumuh berserakan dimana-mana. Padahal pemukiman yang kumuh berdampak pada psikologis kita. Coba bandingkan, lebih nyaman tinggal di tempat yang ada ruang terbuka hijaunya atau tempat yang sesak dengan tumpukan rumah? Tentu yang ada ruang terbuka hijaunya dong ya. Terus di jalan raya kita sering lihat pengguna motor yang seenaknya menerobos area pedestrian way, tentu saja ini melanggar hak-hak pejalan kaki untuk lewat di area tersebut. Alasannya sederhana, jalan kurang lebar katanya. Disamping itu yang tak kalah menarik perhatian saya adalah banyaknya spanduk-spanduk partai di pinggir jalan. Bahkan ada yang dipaku di pepohonan tanpa aturan. Sungguh luar biasa bukan? Bagaimana kita bisa memilih pemimpin yang spanduknya saja sudah tidak pro terhadap lingkungan.

Nah berangkat dari masalah-masalah diatas dibentuklah prodi Perencanaan Wilayah dan Kota. Orang yang berprofesi dibidang ini biasa disebut Planner. Seorang planner tidak hanya belajar tentang tata guna lahan, kependudukan, ekonomi tetapi juga harus pandai mempertimbangakan kepentingan dari berbagai pihak sebelum membuat rencana atau mengambil keputusan. Oleh karena itu planner harus memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas. Sebagai contoh, belum lama ini saya baca berita di koran bahwa pemerintah menyediakan armada busway terbaru untuk mengurangi kemacetan, namun pemilik moda transportasi seperti taksi dan minibus merasa bahwa lahan mata pencahariannya diambil. Akhirnya berujung pada pro kontra dan aksi teror.

Untuk menjawab persoalan tersebut, dalam studinya PWK melakukan analisis kawasan dan membuat maket di studio sebagai bahan pembelajaran. Selain itu telah banyak pula penelitian yang dilakukan mahasiswa seperti pengelolaan air, pengelolaan lingkungan kumuh, pemberdayaan daerah tertinggal dan lain-lain. Bahkan melalui penelitian tersebut ada yang lolos sebagai salah satu kontestan dalam ajang bergengsi di dunia dan menorehkan prestasi. Selain itu, untuk memupuk kepedulian terhadap lingkungan dapat dilakukan dari hal-hal kecil seperti tidak membuang sampah diselokan agar aliran air saat hujan lancar. Membiasakan sejak dini menanam pohon di sekitar rumah untuk menyediakan ruang terbuka hijau. Menggunakan transportasi umum ketika berpergian untuk mengurangi kemacetan. Jangan takut dibilang tidak gaul karena naik transportasi umum. Pernah nonton film Street Society? dalam film tersebut Chelsea Islan berkata seperti ini “negara maju itu bukan seberapa banyak orang miskin punya mobil pribadi tapi seberapa banyak orang kaya mau naik angkutan umum”. Sekarang sudah jelas kan, kalau naik angkutan umum itu sebenarnya budaya negara maju. Nah, dengan begitu bukan tidak mungkin nantinya kita dapat berkontribusi di skala yang lebih luas lagi karena sumber daya manusianya yang berkualitas. Itulah yang memotivasi saya sebagai mahasiswi teknik untuk giat belajar dan bekerja demi mewujudkan Indonesia yang lebih baik.